Selasa, 02/09/2014 11:15 WIB
Fenomena Tren Normcore
Ferdy Thaeras - wolipop
Dok. W. Jakarta - Sejak pekan mode koleksi musim dingin 2014 berlangsung di tiga kota mode dunia; Milan, Paris dan New York bulan Maret lalu (London tidak termasuk karena tidak nampak banyak Normcore), sebuah ungkapan tren terbaru mulai diembuskan oleh berbagai pelaku mode. Istilah kerennya adalah Normcore, namun bagi yang kurang mengerti, sebut saja dengan kata culun atau cupu.
Beberapa fashionista yang menghadiri pekan mode tersebut terlihat mengenakan busana serba longgar, warna-warnanya lebih mirip gelandangan yang serba kusam dan gelap, sepatunya tak lagi high heels bertabur swarovski, namun sandal Birkenstock hingga sandal adidas hitam putih yang sudah ditinggalkan sejak memasuki era milenium.
Gegar mode ini tentu banyak membuat orang bertanya namun juga terpana. Apakah ini sebuah pergerakan baru dengan nilai filosofi mendalam di baliknya? Waktupun berlalu dan majalah W Amerika pun melansir halaman mode Agustusnya yang bertemakan 'Banal Plus' dengan caption 'why be normal when you can be normal and then some?'
Di-styling oleh stylist ternama Edward Enninful, seketika istilah Normcore ramai dibicarkaan di dunia digital oleh para blogger hingga kemudian diangkat oleh berbagai media lainnya. Arahan Normcore karya Edward memang menghibur mata, namun esensi normcore yang sebenarnya jauh dari definisi gaya, namun lebih kepada kenyamanan atas dasar cuek.
Jika diingat-ingat rasanya para penikmat mode baru saja disuguhkan tren 'modest fashion' awal tahun lalu yang terinspirasi dari gaya berbusana para hijabers yang serba tertutup. Namun yang namanya idustri fashion, perputaran rodanya haruslah cepat agar tetap menghibur mata dan mendatangkan keuntungan bagi pelaku industrinya.
Selamat datang di era Normcore yang sebenarnya adalah versi modernisasi dari fashion tahun '90-an yang super culun. Kabar gembira bagi mereka yang sembrono dalam berbusana karena ukuran busana yang fit bukanlah jadi halangan untuk berbusana.
Tubuhpun tak harus dikencangkan di pusat kebugaran agar bisa mengepas busana yang bersiluet body-fitted, karena tren ini didominasi siluet longgar hingga oversized-contructive. Kaki pun tak lagi pegal harus pakai high heels karena cukup dengan sandal Birkenstock dan adidas hitam putih plus kaos kaki bola di bawah lutut sudah menjadi interpretasi gaya.
(fer/fer)Artikel Wolipop juga bisa dibaca melalui aplikasi Wolipop Android, iPhone. Install sekarang!